Ramadhan
Febriansyah Ihsan
11140182000042
Manajemen Pendidikan (2B)
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2015
11140182000042
Manajemen Pendidikan (2B)
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2015
Definisi
Psikologi Pendidikan menurut Arthur S. Reber (1988)
Dalam
pandangannya, psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi
yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal
sebagai berikut.
1.
Penerapan
prinsip-prinsip belajar dalam kelas.
2.
Pengembangan
dan pembaruan kurikulum.
3.
Ujian
dan evaluasi bakat dan kemampuan.
4.
Sosialisasi
proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah
kognitif.
Menurut saya, psikologi pendidikan
merupakan alat bantu yang penting bagi penyelenggara pendidikan dalam mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan karena prinsip yang terkandung dalam
psikologi pendidikan dapat dijadikan landasan berpikir dan bertindak dalam
proses belajar-mengajar.
Sementara itu, kata “tarbiyah”
(pendidikan) dalam Al-Qur’an hanya terdapat dalam Surah Bani Israil: 24
ÙˆَÙ‚ُلرَبِّارØَمهُماكَما رَبَّيانيصَغيرً
Dan ucapkanlah “Ya
Tuhan, kasihanilah mereka berdua sebagaimana mereka telah “mendidik” aku
(rabbayani) waktu kecil.
Manfaat
Psikologi Pendidikan
Selain untuk mengajar, Manfaat lain dari
belajar Psikologi Pendidikan, yaitu :
a. Untuk mengetahui perbuatan-
perbuatan jiwa serta kemampuan jiwa sebagai sarana untuk mengenal tingkah
laku manusia.
b. Untuk mengetahui perilaku manusia
sebagai upaya menyesuaikan diri dan berhubungan dengan orang lain, sehingga
memudahkan memahami mengapa mereka berpikir, berperasaan dan berbuat
menurut cara mereka sendiri.
d. Hidup menjadi lebih sehat. Karena psikologi merupakan ilmu yang mempelajari jiwa tentunya tidak terpisahkan dari jasmani. Dengan bantuan cara berfikir positif maka dapat menjadikan kita lebih sehat. Dapat memperkaya gaya kepemimpinan. Tentunya dengan banyak teori yang ada dapat kita terapkan sebagai salah satu cara memimpin yang sesuai dengan situasi yang ada.
Dalam Surah Al-Baqarah: 151,
ÙˆَÙŠُعَÙ„ِّÙ…ُÙƒُÙ… ما Ù„َÙ… كونواتَعلَمونَ
Allah telah ‘mengajarkan’ kepada kamu apa yang belum kamu
ketahui.
Metode
mempelajari Psikologi Pendidikan
Dalam
psikologi pendidikan, metode-metode tertentu dipakai untuk mengumpulkan
berbagai data dan informasi penting yang bersifat psikologis dan berkaitan
dengan kegiatan pendidikan dan pengajaran. Menurut saya, metode yang paling
mudah dalam mempelajari psikologi pendidikan adalah metode kuesioner.
Metode kuesioner (qustionaire) lazim juga disebut metode surat-menyurat (mail survey). Kuesioner disebut “mail survey” karena pelaksanaan
penyebaran dan pengembaliannya sering dikirimkan ke dan dari responden melalui
jasa pos. Namun, sebelum kuesioner disebarkan atau dikirimkan kepada responden
yang sesungguhnya seorang peneliti psikologi pendidikan biasanya melakukan uji
coba (try out). Caranya, sejumlah
kuesioner dibagi-bagikan kepada sejumlah orang tertentu yang memiliki
karakteristik sama dengan calon responden yang sesungguhnya. Tujuannya, untuk
memastikan pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner itu cukup jelas dan relevan
untuk dijawab, dan untuk memperoleh masukan yang mungkin bermanfaat bagi
penyempurnaan kuesioner tersebut. Penggunaan metode ini mudah karena lebih
banyak sampel yang bisa dijangkau di samping unit cost (biaya satuan) per responden lebih murah. Contoh data
yang dapat dihimpun dengan cara penyebaran adalah karakteristik pribadi siswa
dan latar belakang keadaan siswa.
Seperti
yang kita ketahui bahwa, perkembangan adalah suatu proses
differensiasi, organogenesis dan diakhiri dengan terbentuknya individu
baru yang lebih lengkap dan dewasa. sedangkan, pertumbuhan adalah proses
suatu proses bertambahnya jumlah sel tubuh organisme yang disertai
dengan pertambahan ukuran, berat serta tinggi yang bersifat irreversible
(tidak dapat kembali pada keadaan semula). Menurut
saya, dalam mempelajari perkembangan dan pertumbuhan yang paling menyenangkan
adalah ketika dosen menyuruh kita mengukur tinggi dan berat badan. setelah itu kami disuruh berdiskusi perkelompok dan saya pun ditunjuk oleh dosen untuk menjelaskan bagaimana pertumbuhan dan perkembangan saya dari sd hingga sekarang untuk mewakili kelompok saya. tanpa terasa bahwa perkembangan dan pertumbuhan yang saya lalui ini sangat begitu pesat sehingga saya sudah mencapai sedewasa ini. dosen memberikan diskusi seperti ini membuat para mahasiswa tidak mengalami kejenuhan dalam proses belajar-mengajar.
Dalam surah Al-Mu'minun: 12-14
Teori Belajar menurut Jean Piaget
Multiple Intelegence
Referensi :
Konstrutivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitun bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya.Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
Teori konstruktivisme juga mempunyai
pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan pada proses daripada hasil.
Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan
cara dan strategi dalam belajar juga dinilai penting. Dalam proses belajar,
hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan mempengaruhi
perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. Sebagai upaya memperoleh
pemahaman atau pengetahuan, siswa ”mengkonstruksi” atau membangun pemahamannya
terhadap fenomena yang ditemui dengan menggunakan pengalaman, struktur
kognitif, dan keyakinan yang dimiliki.
Menurut saya, pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi. pengetahuan yang dikuasi oleh individu akan memberikan makna mendalam atau lebih dikuasai dan lebih lama tersimpan atau diingat oleh setiap individu.
Multiple Intelegence
seperti yang kita ketahui bahwa, intelegensi adalah keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada, dan belajar
dari, pengalaman hidup sehari-hari. menurut santrock (2009) berpandapat bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk memecahkan masalah serta kemampuan menyesuaikan diri dan belajar dari pengalaman.
Intelegensi yang dominan pada diri saya adalah Bodily-kinesthetics,cara saya mengembangkannya adalah mengikuti sekolah sepakbola yang saya impikan sejak kecil tetapi orangtua saya yang selalu tidak mengijinkannya. Saya pun, ikut club sepakbola yang ada di lingkungan rumah saya sehingga saya bisa mengembangkannya dan saya mengikuti latihan-latihan sepakbola yang ada disekolah saya sejak saya sd. Selain sepakbola saya juga sering mengikuti latihan badminton oleh ayah saya dan teman-teman lingkungan rumah saya.
Motivasi
Motivasi berasal dari
kata motif yang berarti "dorongan" atau
rangsangan atau "daya penggerak" yang ada dalam diri seseorang. Motivasi adalah sebagai daya penggerak dari individu untuk melakukan aktivitas dalam mencapai tujuan.
Motivasi internal yang mempengaruhi saya dalam jurusan manajemen pendidikan adalah minat karena minat saya untuk menjadi seorang manajer dalam perusahaan dan juga saya berminat menjadi kepala sekolah untuk memajukan sekolah diindonesia, bakat karena saya mempunyai bakat dalam bidang olahraga dan saya ingin mengembangkannya walaupun melalui jurusan manajemen pendidikan, kesehatan karena kesehatan sangatlah penting dalam perkuliahan meskipun cuaca yang kurang mendukung tetapi tidak mempengaruhi rasa malas saya dalam menuntut ilmu.
Motivasi ekternal yang mempengaruhi saya dalam jurusan manajemen pendidikan adalah orangtua karena orangtua telah mendoakan saya dan juga mensupport saya dalam memilih jurusan ini, dosen karena dosen telah meberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan juga mendidik saya supaya saya harus giat belajar, teman karena teman merupakan hal yang sangat penting dalam solidaritas dan juga saling membantu, buku karena buku merupakan gudangnya ilmu yang membuat saya harus membaca agar memiliki pengetahuan, lingkungan karena lingkungan sangat berpengaruh agar kita tetap semangat kuliah dan tidak mengeluh.
"Harga diri yang ada dalam diri merupakan sebuah harga mati"
Teori Belajar
Teori konstruksivisme, karena pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih
memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman
mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan
dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan
akomodasi. pengetahuan yang dikuasi oleh individu akan memberikan makna
mendalam atau lebih dikuasai dan lebih lama tersimpan atau diingat oleh
setiap individu.
dalam surah Al-alaq: 1-5
ciri-ciri guru beraliran behaviorisme
1. Mementingkan pengaruh lingkungan (environmentalistis).
2. Mementingkan bagian-bagian (elentaristis).
3. Mementingkan peranan reaksi (respon).
4. Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar.
5. Mementingkan hubungan sebab akibat pada waktu yang lalu.
6. Mementingkan pembentukan kebiasaan.
7. Ciri khusus dalam pemecahan masalah dengan “mencoba dan gagal’ atau trial and error.
ciri-ciri guru beraliran humanisme
1. Merespon perasaan siswa.
2. Menggunakan ide-ide siswa untuk
melaksanakan interaksi yang sudah dirancang.
3. Berdialog dan berdiskusi dengan
siswa.
4. Menghargai siswa.
5.
Kesesuaian antara perilaku dan
perbuatan.
6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir
siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa).
7.
Tersenyum pada siswa.
Referensi :
Surna, Nyoman I, Psikologi Pendidikan 1, Jakarta : Erlangga, 2014.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014.